[ JJB Ke #35, Series: #LiterasiLawanPandemi ]
Jangan
dulu mudik lebaran
Tunggu
sampai semua aman
Walau
rindu kampung halaman
Bulan
Ramadhan di rumah aja...
(Lirik
lagu “Jangan Mudik”-Radja)
Sumber Gambar: Ayobandung.com |
Adalah sebuah musik, salah
satu dari sekian hal yang bisa menjadi obat penenang untuk memperbaiki suasana
hati. Setidaknya itulah yang diungkapkan oleh para ilmuwan dari University of
Missouri, Kolombia. Sejalan dengan itu, beberapa musisi Indonesiapun menciptakan
lagu yang berisi himbauan untuk tidak mudik di saat musim pandemi covid-19 ini.
Sebut saja, Radja band dengan lagu “jangan mudik” nya, Harry Yamba dengan lagu “Ra
Mudik Rapopo”-nya, Didi Kempot dengan lagu “Ora Bisa Mulih” dan “Ojo Mudik”-nya
dan lain-lain. Tidak tanggung-tanggung, beberapa lagu tersebut bahkan sampai dicover
atau dinyanyikan oleh para menteri dan pejabat negara.
Lagu tersebut tercipta bukan
hanya sebagai kampanye himbauan agar masyarakat tidak mudik, tetapi juga
termasuk mewakili suasana batin masyarakat Indonesia yang tidak bisa mudik
lebaran sebab adanya pandemi ini. Lagu ‘Ora Biso Mulih’ misalnya, lagu ini
secara lirik bisa dibilang sederhana namun sangat menyentuh sanubari setiap
insan manusia yang patah hati akibat rindu keluarga di kampung halaman tapi
tidak bisa pulang akibat satu dan lain hal. Musabab peraturan pemerintah yang
melarang untuk mudik demi memutus mata-rantai penularan virus korona ini
misalnya.
“Tapi akukan sudah rindu sama
kampung halaman, rindu bunda, rindu ayah, rindu adik, rindu istri, rindu kakek,
rindu nenek. Aku sudah sangat rindu dengan semua yang ada di sana, aku sudah
tidak sabar ingin bertemu mereka,” begitulah ego diri dalam mencari sebuah pembenaran.
Dalam hal ini, mungkin kita sepakat bahwa sebagai warga perantauan kita punya
perasaan yang sama soal rindu kampung halaman. Terlebih bagi perantau yang
biasanya hanya bisa mudik setahun sekali ketika libur hari raya, saat ini harus ditunda sebab adanya pandemi.
Ya, mau tidak mau kita harus rela “menabung rindu” dulu untuk sementara waktu.
Menabung rindu sampai semua
aman. Sebab, rasa cinta kita terhadap keluarga tidak mesti dimanifestasikan
dengan kita bertemu saat lebaran saja. Bila bertemu justru akan memicu
penyebaran penyakit ke orang tercinta, apakah itu masih layak disebut cinta?
Saya rasa jawabannya adalah tidak. Toh, jika nanti semua sudah aman kita masih
bisa untuk pulang ke kampung halaman kan? Tidak mudik bukan berarti kita tidak
sayang dengan keluarga, dengan tidak mudik kita tunjukkan rasa sayang dengan
cara yang berbeda.
Gambar: Foto keluarga di kampung halaman. |
Beberapa hari yang lalu sempat
terjadi viral di media sosial sebuah postingan yang menunjukkan keramain di tengah pandemi. Hal tersebut
menuai kecaman dan kontroversi di jagad maya. Sebab jelas-jelas dengan adanya
keramaian itu beberapa masyarakat dinilai tak mengindahkan anjuran untuk physical distancing atau menjaga jarak
saat pemberlakuan PSBB ini. Sebut saja contohnya padatnya antrian penumpang
maskapai di Bandara Soekarno Hatta (13/05/2020), padatnya antrian penumpang
kapal di Gilimanuk (17/05/2020) dan masih ada beberapa lagi. Hal ini sudah
pasti menimbulkan kekecewaan masyarakat yang sampai saat ini masih konsisten
untuk tetap mengindahkan anjuran physical
distancing. Masyarakat yang masih optimis bahwa pandemi ini dapat segera
berlalu jika kita mau bersatu untuk bersama-sama melawannya.
Hastag #IndonesiaTerserah dan
#TerserahIndonesia pun menyusul viral di dunia maya. Hal ini ditengarai dengan
kekecewaan para tenaga medis yang kita tahu mereka adalah barisan garda terdepan
dalam penanganan korban covid-19 ini. Menurut saya wajar mereka kecewa dan
menunjukkan kekesalannya di dunia maya akibat ulah warga yang tak patuh
terhadap peraturan PSBB. Pun dengan imbas kebijakan pemerintah yang membuka kembali
mode transportasi umum di saat pandemi. Kendati, kebijakan itu diambil untuk
menyelamatkan perekonomian dan hanya orang-orang berkebutuhan khusus saja yang
diperbolehkan naik transportasi tersebut, tetap saja itu dinilai akan membuat
bingung petugas di lapangan dan pemerintah daerah dalam melaksanakan aturan PSBB.
Tak hanya itu, Najwa Shihab
dalam program Catatan Najwa-nya lewat unggahan di Youtube dan akun Instagram-nya
juga membuat konten berjudul “Kita Tidak Sia-Sia #dirumahaja” sebagai respon
terhadap keresahan masyarakat tersebut. Di dalam narasinya Najwa Shihab juga
membacakan beberapa pesan dari tenaga medis yang dikirim kepadanya. Berikut
adalah salah satu pesan dari seorang perawat atas nama @syafakirthe :
“Percuma
kayaknya kita di sini, pakai APD selama 8 jam, menahan semuanya selama 8 jam
termasuk BAK dan BAB, buka puasa terkadang jam 8 malam, sahur jam 2 pagi.
Pemerintah menganjurkan jaga jarak, pakai masker dan tidak mudik tapi kalian
malah mengabaikan anjuran tersebut. Jangan puji kami di dunia sosial media,
tapi di dunia nyata kalian berkeliaran serta pulang kampung seolah-olah baik
saja,” keluhnya.
Sebagai manusia biasa, sebenarnya
sah-sah saja jika kita merasa kecewa dengan hal tersebut. Tapi itu semua itu jangan
sampai melunturkan niat nan tekad kita dalam memerangi dan memutus rantai
persebaran virus covid-19 ini. Seperti pesan mbak Nana dalam videonya, ”pandemi ini adalah problem yang hanya bisa
ditangani secara kolektif, perlu kontribusi semua orang. Makanya perlu
menyadari bahwa ini bukan hanya untuk demi sendiri saja namun juga demi orang
lain. Kita melakukan ini untuk para tenaga medis yang sudah bertaruh nyawa.
Untuk para karyawan yang sudah dirumahkan berminggu-minggu. Untuk para
pengusaha yang terpaksa menutup usahanya dan untuk bangsa-negara yang sudah
merugi sangat banyak.”
Tak ada yang sia-sia memang
jika kita melakukan ini semua demi orang-orang yang kita sayangi. Tetaplah
konsisten dengan jalanmu kawan. Bulatkan tekadmu, tunda mudik, tetap jalankan physical distancing, kenakan protokol
kesehatan saat keluar rumah dan yang paling penting sebisa mungkin usahakan
untuk #diRumahAja. Together We Can Do It! Dan bagi kaum muslim mari kita ingat
sabda beliau Nabi di bawah ini:
“Jika
kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi
jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu”-(HR.Bukhori).
Sidoarjo,
21 Mei 2020 || Budi Setiawan