Jumat, 24 Maret 2017

TENTANG JJM


#JJM ke 5
TENTANG JJM (Jurnal Jomblo Mulia)
Ilmu itu bagai hasil panen atau buruan di dalam karung, menulis adalah ikatannya” (Imam- Syafi’i)


Awalnya saya mungkin harus jujur, bahwa menulis memang hal yang baru bagiku. Tapi entah mengapa, disetiap aku mulai goreskan pena keyboard-ku saya merasa beban pikiran dan hati ini mulai berkurang sekaligus rasa gelisah ini sedikit demi sedikit terobati. Itu yang kurasakan, seakan mendapatkan suntikan bius yang membuat hidupku tenang. Aku baru mulai tertarik dibidang ini ketika aku menginjak semester tiga di kampus STIE Mahardhika Surabaya. Berawal dari ke kagumanku pada 2 orang penulis muda yaitu Gus Rofiq Hudawy (Gus: Sebutan Putra Kyai Pesantren) penulis buku “Gus satu kata banyak tawa” dan “Doakan jangan duakan” dan bang Brilli Agung penulis buku “Penyihir Aksara” dan 25 buku lainnya. Mereka berdua seakan menjadi motivator yang membangkitkan aura menulisku. Dari mereka saya tahu bahwa menulis adalah pekerjaan mulia.
Penulis adalah pekerja keabadian. Seandainya mereka meninggal dunia karya tulis mereka akan tetap dikenang,dibaca dan diamalkan jika tulisan itu bermanfaat, dan itulah konsep daripada ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu dari 3 perkara yang tidak putus pahalanya ketika kita meninggal nanti. Ya, impian terbesarku saat ini adalah ingin jadi Writter. Minimal aku bisa menulis satu buku seumur hidupku, ya kalau misalkan lebih anggap saja itu bonus.. hehe. Apa salahnya kita bermimpi tinggi? bahkan Bung Karno pernah bilang “Bermimpilah setinggi langit seandainya kamu jatuh, kamu akan jatuh diantara bintang-bintang”.Walaupun seperti kita ketahui bahwa menulis memang bukan perkara yang bisa dibilang mudah bagi pemula sepertiku. Buktinya saat ngerjain tugas makalah saja kita banyak copas materi secara mentah-mentahan dari internet bagaimana dengan menulis sebuah buku?. Bukankah dalam Islam ada sebuah maqolah yang tak asing lagi ditelinga kita Man Jadda wajada,siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
Lalu apa kaitannya dengan JJM? JJM adalah kepanjangan dari Jurnal Jomblo Mulia. Ini adalah judul dari kumpulan beberapa tulisan yang aku share di blog pribadiku www.pengembarailmunya.blogspot.com. Mungkin darisini teman-teman bertanya kenapa kok pakai judul “Jurnal Jomblo Mulia” ? Karena harapannya penulis jurnal ini menjadi jomblo yang lebih dari sekedar jomblo biasa. Ya kalau mau jujur sih pada intinya penulis gak mau dibilang sebagai JONES lah.hehe.. Haduh, kok malah ngomongin jomblo sih. Oke next, berbicara tentang blog sebenarnya blog-ku yang sekarang ku beri nama “PENGEMBARA ILMU” dulunya bernama “GILA SALES DAN MARKETING”. Nah, aku rasa nama yang terakhir ini lebih cocok setelah banyak pertimbangan yang aku lakukan. Walaupun disatu sisi sejak dua tahun terakhir, pekerjaanku memang bergelut didunia sales-marketing tapi aku merasa belum expert saja dibidang itu. Sehingga keputusan bulatku untuk me-rename menjadi “PENGEMBARA ILMU” adalah keputusan yang tepat, mengingat memang aku sedang berjuang untuk mendapatkan ilmu-ilmu tersebut. Dan InsyaAllah, saya berkomitmen untuk bisa ber-istiqomah menulis JMM ini diblog. Minimal dalam satu minggu satu jurnal yang saya tulis di JJM, syukur-syukur bisa setiap hari. Harapannya semoga apa yang saya tulis bisa memberikan manfaat kepada teman-teman pembaca dan khusunya bisa menjadi cambuk bagi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Amin.
Saya termasuk orang yang tidak begitu percaya dengan kata kebetulan. Termasuk beberapa penulis buku Best Seller yang terkenal sebut saja; Ahmad Fuadi, Ippho Santosa, Andre Hirata, Radiya Dika dll. Mereka menjadi yang seperti saat ini bukan hanya berdasarkan kata kebetulan tapi pasti mereka melalui beberapa proses yang panjang untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya. Maka, terus berbuat untuk mimpi yang kita yakini dan layak diperjuangkan meskipun kecil merupakan langkah yang tepat. Tak ada yang tahu upaya yang mana yang akan mendatangkan hasil, tugas kita bukan memperdebatkannya. Tugas kita hanya terus berikhtiar. Untuk perkara upah sebagai buah daripada hasil. Sudah ada yang mengatur, tidak usah kwatir!
Menunjukkan kerja nyata kita dalam meraih cita-cita tersebut saya pikir memang perlu diperlihatkan kepada khalayak. Bukan semata untuk mencari polularitas, itu terlalu rendahan. Namun barangkali dengan mengabarkan kepada orang lain melalui blog, medsos dll. Kita akan memperoleh dukungan dan kekuatan. Ya, walupun kekuatan untuk memulai dan mengerjakan dari diri sendiri itu lebih ampuh. Setidaknya dengan adanya dukungan kita akan mendapatkan beberapa suplemen penambah semangat kita, yang paling penting dukungan itu bagiku adalah dari orang tua. Orangtua bisa dijadikan purnama penyemangat kita, misalnya dengan kesuksesan yang kita raih dapat membahagiankan kedua orangtua sebelum mereka meninggalkan kita untuk selamanya. 
__________________________________________________________________________
Sidoarjo, 25 Maret 2017
Budi Setiawan 


Selasa, 21 Maret 2017

Kuliah, Niat Anda Apa?

Kuliah, Niat Anda Apa?
 
sumber gambar: http://www.isigood.com/wp-content/uploads/2015/05/kuliah.jpg
Bicara masalah niat, otomatis bicara masalah hati. Apa yang diucap di bibir mungkin bisa dikarang seindah mungkin, tapi apa yang ada dihati, siapa yang tau? Hanya orang yang bersangkutan dan Allah lah yang tau. Seperti halnya kata-kata cinta yang mungkin sering kita dengar dari gebetan atau seseorang yang kita cintai. “Aku mencintaimu”,”Aku sayang kamu”,”Aku butuh kamu”,”Aku ingin kamu”,”Aku rindu kamu”, bahkan sampai bilang “Aku tak bisa hidup tanpamu”. Entah ada berapa macam variabel kalimat yang sering dipakai sebagian besar orang dimuka bumi ini untuk mengekspresikan rasa cintanya pada sang kekasih. Tapi apakah semua itu datang dari hati? Jawabannya belum tentu. Andaikan semua kata cinta datang dari hati yang terdalam maka mungkin tidak akan ada yang namanya putus cinta dan perceraian dalam sebuah hubungan. Karena dari awal kita sudah punya niat dan komitment untuk mencintainya sepenuh hati bukan separuh. Betul tidak?

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya...” Hadis ini sangat masyhur dikalangan umat islam. Niat atau motif perbuatan adalah hal pertama yang harus ditentukan sebelum mengerjakan sesuatu. Motif inilah yang membuat satu pekerjaan mempunyai nilai (Value). Pekerjaan boleh sama, tapi nilai belum tentu sama. Seseorang pemberi bisa saja dikatakan dermawan tapi jika diketahui bahwa motifnya adalah untuk kampanye pencalonan dalam satu kompetisi politik misalnya, maka tentu saja ia tak layak lagi menyandang gelar dermawan lagi. Orang bilang ada udang dibalik batu, memang betul.
Jika ditanya, untuk apa kamu kuliah? Jawabannya adalah supaya nantinya mudah  mendapatkan pekerjaan. Kuliah adalah untuk bekerja. Inilah jawaban standar yang telah terdoktrin dan tak layak dipertanyakan lagi .Sudah menjadi hal yang lumrah, bahkan menjadi semacam mitos yang tabu untuk dilanggar. Apa tidak boleh kuliah untuk cari kerja? Tentu saja boleh. Semua mahasiswa tentu tak mau menjadi pengangguran terdidik, termasuk penulis,hehehe. Apa iya kuliah targetnya hanya kerja? Harta? Atau istilah yang sering kita sebut UUD (Ujung-ujungnya duit) hehehe. Kalau memang cuma itu targetnya , untuk apa kita kuliah? Lebih baik kita dari kecil kerja cari modal dan belajar dagang. Mungkin satu atau dua tahun sudah diketahui perkembangannya.

Sejalan dengan itu Syech Imam Burhanul Islam Azzarnuji dalam kitab yang ditulisnya ”Ta’alimul Muta’alim” buku yang membahas tentang etika dalam menuntut ilmu yang dijadikan text book pesantren yang pada bab-bab awalnya membahas tentang niat belajar. Niat yang direkomendasikan dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa ” Hendaknya seorang pelajar berniat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari rida Allah, bekal diakhirat, membasmi kebodohan dari dirinya dan orang lain, menghidupkan agama Islam karna agama akan tegak dengan ilmu, selain itu tidak dibenarkan zuhud dan tawakkal yang disertai dengan kebodohan” Ungkap Syech Azzarnuji dalam kitab beliau. Sekilas niat-niat ini mungkin terkesan jauh dari realitas. Bahkan mungkin ada yang menanggapi “Ah., pake agama lagi apa hubunganya?”. Jawabanya adalah karena agama merupakan tuntunan hidup segala aspek kehidupan manusia, termasuk tentang niat dan mencari ilmu.

Tulisan ini sebenarnya terinspirasi video youtube deklamasi puisi Ws.Rendra yang berjudul  sajak “ Pertemuan mahasiswa “. Dalam video deklamasi tersebut secara garis besar isinya adalah mengingatkan tentang maksud baik dan tujuan kita kuliah itu seperti apa. berikut cuplikannya:

Kenapa maksud baik dilakukan
Tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
Tanah-Tanah digunung sudah menjadi milik orang-orang dikota
Perkebuanan yang luas
Hanya menguntungkan segolongan kecil saja
Alat-alat kemajuan yang dimporty
Tidak cocok bagi petani yang sempit tanahnya
Tentu saja kita bretanya
“Maksud baik saudara untuk siapa?”
Kita mahasiswa tidak buta!!!

Sajak puisi Ws.Rendra tersebut seakan menjadi cambuk bagi saya untuk sejenak berfikir dan merenung kembali tentang niat dan tujuan saya kuliah. Hingga saya juga mencoba ikut membuat video deklamasi puisi Ws.Rendra ini dikampus STIE Mahardhika Surabaya, sebagai bentuk apresiasi saya atas rasa sangat dalamnya makna dibalik puisi tersebut. Channel youtubenya bisa dilihat di sini https://youtu.be/9vdhxgdbR18 . Yang kita takutkan disini adalah salah niat tersebut menjadi ujung pangkal dan penyebab para mantan mahasiswa yang telah menjadi pejabat rela menggadaikan idealisme, menggadaikan rakyat, bahkan menggadaikan bangsa ini. Semoga saja tidak terjadi demikian.

________________________________________________________________________

Sidoarjo, 22 maret 2017
Budi Setiawan

Sumber: Kitab Ta’alimul Muta’alim


#kuliah #mahasiswa #tentangniat #kampus #stiemahardhika #cariilmu 

Jumat, 17 Maret 2017

TENTANG PILIHAN

TENTANG PILIHAN

"Jika memang harus memilih, pilih sakit hati apa sakit gigi?" (Ridwan Kamil)😁

Terinspirasi dari status FB bapak Ridwan Kamil (Walikota Bandung) yang sempat dikenal juga sebagai bapak jomblo nasional beberapa tahun yang lalu hehe.. rasanya kok saya ingin menggerakkan pena keyboard laptopku untuk menuliskan beberapa paragraf tentang arti sebuah pilihan hidup.

jalan desa Ngrayun,Ponorogo

Berbicara tentang sebuah pilihan hidup
memang susah jika kita dihadapkan dengan dua buah pilihan, dan parahnya lagi dua pilihan itu punya sisi kelemahan dan kelebihan masing-masing. Saya contohnya, saya termasuk tipe orang yang suka pilih-pilih seperti cewek kalo lagi cari baju dimall. Hehehe..Terkadang saya sampai bilang ke temanku, "kamu aja bro yang cari bajunya dulu, aku entar aja deh". Aku bilang gitu karena aku sadar, betapa lamanya aku cari baju gara-gara ada sebuah PILIHAN yang sudah terdoktrin dalam memori otakku, hingga aku harus benar-benar jeli dalam memilih. Begitupun jika tiba-tiba ada yang bertanya padaku "kenapa kok betah jomblo?", jawabannya sudah barang tentu, karena sebuah pilihan. Bukan berarti gak laku lah ya...!! Enak aja.hahaha..
Tapi juga jangan berpikiran "jangan-jangan budi itu.........?". Gak lah, aku juga masih normal keles. Masih sama seperti yang lain suka cewek cantik, kalo memang aku gak suka sama seorang cewek terus sajak-sajak cinta yang kutulis selama ini buat siapa donk?😄Masak buat putra duyung wakaka.. gak mungkin sekali kan. »


Eh,.. malah ngomongin jodoh. Gak apalah intermezo.hehe.. oke skip.
Dalam hidup kita memang sudah terlahir karena pilihan. Buktinya dari 250 juta sperma yang masuk ke rahim seorang Ibu ,hanya satu sperma yang berhasil mencapai sel telur hingga menjadi kita seperti sekarang ini. Itu artinya kita lah yang dipilih Allah untuk menjadi Khalifah sekaligus tokoh dalam skenario hidupNya dibumi ini. Kalo dirumuskan hidup itu kan antara B-D B:Birth (Lahir) dan D:Dead (Mati), diantara itu ada huruf C yaitu CHOICE (Pilihan). Sampai disini sudah jelas kan kalau hidup ini pilihan. Ya, pilahan terhadap opsi-opsi jawaban, mungkin ada yang benar dan mungkin ada yang salah. Tinggal tugas kita memilih diantara jawaban A,B,C atau D mana yang paling benar. Bukan begitu gays?.😊😉
__________________________________________________________________________________
Sidoarjo,17/03/2017
Budi Setiawan


#pilihan #pilihanhidup #choices #liveischoice #jomblosyariah #jodohpastibertemu #photooftheday #pictoftheday #quotesoftheday #jurnal #diary #jurnalisnyamahardhika #stiemahardhikasurabaya #jurnalistik #likeforlike #lfl #lovequotes #surabayapunyacerita #instagram #instalike

Selasa, 07 Maret 2017

Jurnalistik adalah para pekerja keabadian

Jurnalistik adalah Para Pekerja Keabadian


"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah.Menulis adalah bekerja untuk keabadian.(Pramoedya Ananta Toer)

Tulisan ini aku awali dengan sedikit meminjam quotes dari bang Pram tentang profesi menulis. Mungkin itu juga menjadi sebuah jawaban ketika saya ditanya teman-teman kenapa saya memilih UKM Jurnalistik di kampus STIE MAHARDHIKA Surabaya. Entah mengapa hari ini aku ingin berbagi kisah dengan pilihanku itu. Mungkin teman-teman bertanya ada apa dibalik profesi "Jurnalistik"?

Seketika pikiranku meraba dan mengingat saat melihat tayangan video di youtube mengenai perjalan kisah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ara-Aita UIN Sunan Ampel satu tahun yang lalu. Mungkin bagi kalian yang belum lihat bisa tonton dulu di channel youtubenya https://youtu.be/szH5LYli7Mk . Sudah pada lihat? oke kita lanjut. Dalam video tersebut dijelaskan bahwa Sesungguhnya pekerjaan jurnalistik sangatlah mulia, mereka pekerja keabadian. Hal itulah yang menginspirasi saya untuk menuliskan judul tulisanku kali ini.

Tak jauh dari situ menurutku ketika wartawan/jurnalis melaksanakan tugasnya secara independen sesuai dengan kode etik jurnalistik berarti dia telah memberikan informasi dan edukasi yang benar kepada publik. Prinsipnya dalam islam wartawan independen menurut perspektif saya adalah Basyiran Wa Nadhiran. Basyiran artinya pemberi kabar gembira, dan Nadziran artinya pemberi peringatan. Dari situ sudah jelas bukankah tugas jurnalis itu sangatlah mulia?. Tetapi realitanya mayoritas anak Indonesia jika ditanya apa cita-citanya setelah dewasa nanti mereka jawab "Saya ingin menjadi dokter". Ada tiga profesi yang menurutku di Indonesia belum banyak diminati, yaitu Wartawan, Penulis, dan Pengusaha. Jelas saja bisa dihitung jumlahnya yang mau menjawab "Saya ingin jadi wartawan, penulis ataupun pengusaha". Peran antara Dokter dan Wartawan sama-sama penting. Seorang dokter berperan menyembuhkan orang sakit dan seorang Wartawan berperan memberikan informasi dan edukasi kepada publik. Tergantung kita mau memilih minoritas diatas mayoritas atau tidak. Yah, mungkin memilih minoritas itu adalah hal yang begitu berat gays.^_^
_________________________________________________________________________________

Sidoarjo, 8 maret 2017
Budi Setiawan