[ JJB Ke #27 ]
Banyak yang bilang dengan kita berbagi maka kita akan jauh lebih bahagia. Saya rasa itu benar adanya. Pasalnya ketika kita berbagi maka secara otomatis kita telah mengeluarkan energi-energi positif dalam diri kita untuk kemudian menularkannya ke orang lain lewat aktivitas berbagi tersebut. Sejalan dengan teori Hukum Kekekalan Energi (HKE), saat kita mengeluarkan energi positif, maka dipastikan yang kembali pada diri kita adalah energi positif. Dalam kasus ini energi positif yang dikeluarkan saat berbagi akan mendatangkan energi positif juga berupa kebahagiaan tersebut.
Sumber gambar: marketeers.com |
Banyak yang bilang dengan kita berbagi maka kita akan jauh lebih bahagia. Saya rasa itu benar adanya. Pasalnya ketika kita berbagi maka secara otomatis kita telah mengeluarkan energi-energi positif dalam diri kita untuk kemudian menularkannya ke orang lain lewat aktivitas berbagi tersebut. Sejalan dengan teori Hukum Kekekalan Energi (HKE), saat kita mengeluarkan energi positif, maka dipastikan yang kembali pada diri kita adalah energi positif. Dalam kasus ini energi positif yang dikeluarkan saat berbagi akan mendatangkan energi positif juga berupa kebahagiaan tersebut.
“Sharing
is caring” berbagi itu peduli, begitu kata orang-orang. Berbagi
adalah suatu aktivitas wujud kepedulian kita terhadap sesama, sebagai bentuk
tanggung jawab kita sebagai makhluk sosial. “Zoon Politicon” begitu Aristoteles
mengistilahkan manusia sebagai hewan yang bermasyarakat. Maka tak ayal,
semenjak kecil kita telah diajari untuk berbagi dengan teman-teman sebaya kita
baik itu berupa makanan, mainan dan bersikap adil ketika sedang bermain. Kala
itu berbagi menjadi hal yang sangat menyenangkan, dalam benak kita kalau hari
ini memberi besuknya akan menerima. Atau setidaknya kita punya hak untuk
menerima kembali buah dari apa yang kita beri.
Tentang keihklasan saat memberi mungkin lambat laun baru
kita pelajari prakteknya saat kita menginjak usia dewasa. Ketika tahu bahwa
membagi adalah bentuk dari shodaqoh yang harus disertai dengan keikhlasan,
ketika tahu dan sadar bahwa membagi itu bukan hanya soal “hutang-saur”. Dan
ketika memahami bahwa aktivitas membagi itu bukan hanya soal materi namun bisa
berbentuk pemikiran, saran, pendapat, kritik, motivasi, informasi dan lain
sebagainya.
Terlebih dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat,
kita lebih dimudahkan untuk berinteraksi dengan berbagai orang diberbagai
belahan dunia dan pelosok negeri hanya dengan menggunakan media smartphone yang kita miliki. Dengan
fitur share kita bisa berbagi informasi
dan pemikiran lewat bergai kanal seperti Whatshapp, facebook, twitter,
instagram dan blog hanya dengan sentuhan jari jemari kita di gadget.
Sharing/share adalah istilah ketika pengguna internet
membagikan sebuah informasi/file di internet untuk bisa diketahui secara luas
oleh pengguna internet lainnya. Dengan internet kita bisa membagikan berbagi
macam informasi dan file dengan cepat dan mudah. Tak hanya itu, aktivitas ini
juga bisa mempengaruhi teman atau orang yang menjadi target berbagi kita untuk
membagikan pula ke orang lain hingga bisa berdampak lebih luas dengan begitu
cepat. Andai yang kita bagikan bisa memberi manfaat dan berdampak sosial yang
lebih baik, maka kita bisa disebut influencer positif.
Namun, seringkali karena terlalu mudahnya berbagi, kita
tidak melakukan penyaringan terlebih dahulu terhadap informasi yang kita dapat.
Sehingga banyak sekali informasi bohong (hoax),
ujaran kebencian (hate speech),
konten-konten sampah yang tidak mencerdaskan terbagikan di media sosial dan
internet. Maka dari itu perlu adanya verifikasi terhadap info atau tulisan yang
dibagikan agar tidak termakan berita
hoaks. Niat mulia untuk berbagi jangan sampai berujung dibui, seperti kasus
yang banyak terjadi belakang ini.
Pada dasarnya saya menyenangi aktivitas berbagi, terutama
yang lebih sering berbagi apa yang saya tahu lewat media sosial, wa, blog,
diskusi dan termasuk yang belakangan saya tekuni yaitu menulis buku. Berbagi
yang lain kadang masih terasa berat, seperti uang misalnya. Apalagi sumber
pemasukan saya dari kerja dan jualan buku , terbilang belum begitu banyak. Akan
tetapi saya harus tetap mensyukurinya supaya nikmatnya ditambah. Amin.
Aktifitas berbagi tersebut memang saya tujukan agar apa yang
saya tahu tidak berakhir di diri sendiri hingga pada akhirnya dicap sebagai
orang yang “pelit ilmu” naudzubillah. Saya
ingin informasi itu bisa dikonsumsi oleh orang-orang yang membutuhkannya baik
saat ini atau suatu saat nanti. Hingga sang penerima bisa memperoleh manfaat
dari apa yang tengah saya bagikan. Sudah pasti senang rasanya ketika kita bisa
menjadi jalan untuk mewujudkan kebahagiaan orang lain. Sebab, dengan demikian
semoga kehidupan saya di dunia ini bisa lebih sedikit berarti dan tak terkesan
hanya sebatas “mampir ngombe” saja.
Sidoarjo, 18 Februari 2020 || Budi Setiawan