“Perbaiki Dirimu Sama dengan Perbaiki Jodohmu”
JJB Ke #14
“Tak bisa ditebak dimana ia akan berlabuh, tak bisa
diperkirakan kepada siapa ia akan tumbuh, tak bisa diprediksi kemana ia akan
jatuh, cukup panggil ia dengan nama cinta.” (Budi Setiawan)
Berbicara tentang
jodoh, memang selalu menarik, selalu menjadi materi pembahasan yang seru
dimanapun dan kapanpun. Terlebih bagi mereka yang sudah menginjak usia dewasa
diatas 18 tahun, sudah barang tentu pembahasan masalah jodoh disini punya
tempat tersendiri bagi penantinya. Khususnya bagi para wanita yang masih
sendiri akan bertambah tingkat kegalauannya saat melihat satu persatu teman
sebayanya telah menemukan jodohnya lalu menikah.
Ayo coba jujur, benar
gak? Hehe.
Tunggu dulu,
sebenernya apakah kita perlu galau sampai berlebihan seperti itu? Karena setiap
minggunya timeline media sosial kita selalu dihiasi dengan foto-foto dan status
tentang lamaran, akad nikah maupun resepsi?. Sebagai manusia biasa kita boleh
saja baper (bawa perasaan) pada saat-saat tertentu misalnya saat pernikahan
ustad muda yang sholeh menikah dengan perempuan yang sholehah , seperti halnya
pernikahan antara Muzammil dan Sonia beberapa waktu yang lalu yang sempat
menjadi trending topic disosial media.
Kalau Korsel punya Song Joo-king dan Song Hye-kyo, Indonesia punya Muzammil
Hasballah dan Sonia Ristanti. Sampai banyak muslimah heboh dengan membuat tagar
#haripatahhatiduniaakhirat. Mereka merasa kecewa dan patah hati karena sosok
ikhwan idamannya ternyata memutuskan menikah dengan seseorang yang bukan dia.
Padahal kenal aja enggak, bagaimana bisa patah hati? Boleh saja sih kita merasa
baper namun jangan terus menerus dan jangan sampai lebay. Cukup kita doakan
saja semoga pernikahan mereka samawa. Selebihnya, yuk intropeksi diri.
Dengan ber-intropeksi
diri kita akan memasang cermin untuk melihat seberapa baik atau buruk diri
kita.
“Tapikan baik menurut
kita belum tentu baik menurut orang lain?”
Nah, ini sebuah
pernyataan yang bagus. Maka sudah semestinya kita juga bercermin kepada orang
lain yang kualitas dan kuantitasnya lebih baik dari kita. Untuk mendapatkan
jodoh yang sesuai dengan apa yang kita harapkan sudah barang tentu kita harus
memantaskan diri dulu, kira-kira kita pantas nggak bersanding dengannya. Karena seperti
janji Allah dalam Al-Quran surat An-Nuur ayat 26 dinyatakan bahwa:
“Wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan
laki-laki yang keji untuk wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita
yang baik (pula).”
Dari ayat tersebut
sudah jelas bahwa wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan begitu pula
sebaliknya. Itu Allah lho yang janji, bukan saya. Masa kamu nggak percaya?
Kalau kita menginginkan seorang pendamping hidup yang baik maka sudah
semestinya kita perbaiki diri dulu.
“Memperbaiki diri
gimana?”
Memperbaiki diri itu
dari yang sebelumnya belum baik menjadi lebih baik dari hal terkecil dan
dianggap sepelepun. Misalnya biasanya kita bangun kesiangan jadi bangun pagi,
biasanya kita bolos kuliah membohongi dosen jadi rajin ngampus, biasanya mandi
sehari sekali jadi tiga kali sehari. Pokoknya semua yang kita anggap baik
lakukan begitu sebaliknya yang kita anggap buruk kita tinggalkan. Merubah
kebiasaan buruk menjadi baik memang tak semudah membalikkan telapak tangan
kita. Diperlukan proses yang panjang dan tidak secepat kita memasak mie instan.
Perlahan namun tujuan akhirnya pasti.
Islam adalah agama
yang sempurna, semua pasti ada solusinya. Kalau hanya masalah jodoh sih
gampang. Nah, lalu bagaimana jika lelaki itu seorang pendosa dimasa lalunya
kemudian di masa depan ia mengharapkan wanita sholehah untuk hidup bersamanya?
Apakah bisa?
Manusia memang
tempatnya salah dan dosa. Tapi tak menuntuk kemungkinan jika kita mau untuk
bertaubat dan memperbaiki diri kita niscaya Allah akan mengampuninya. Allah
sendiri sudah menyebutkan dalam Al-Quran, innallaha yuhibbut tawwabiina wa yuhibbul mutathahhiriin yang artinya, ’’Allah
menyukai orang yang bertaubat dan bersuci”. Sebanyak apapun dosa kita dimasa
lalu pasti akan dimaafkan jika kita benar-benar memohon untuk dimaafkan oleh
Allah. Tentunya harus disertai dengan tindakan nyata selain daripada doa yang
kita panjatkan. Memperbaiki dirimu sama halnya dengan memperbaiki jodohmu.
Ketika kita berusaha dengan sekuat tenaga untuk memperbaiki diri. Allah juga
sudah mempersiapkan jodoh yang sesuai dengan diri kita. Allah adalah
sebaik-baiknya penulis skenario hidup kita. Dan kita tinggal memilih untuk
menjadi pemeran yang baik atau yang buruk dalam panggung sandiwara di dunia
ini.
Sidoarjo, 08 September 2017 | Budi Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar