JJB ke #23
"Dan para insinyur di Jepang sering
diingatkan akan sebuah moto, ‘Tidak pernah akan ada kemajuan jika Anda
mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama dari waktu ke waktu"
-Masaaki Imai-
Sumber Foto: news.lewatmana.com |
Terus
beraktifitas, bekerja dan berkreatifitas adalah sebagai pertanda daya hidup
seseorang. Maka kelangsungan hidup seseorang tergantung pada tingkat
produktifitasnya sebagai manusia. Namun, sayangnya tidak semua orang menyadari
akan hal itu. Sehingga seperti yang sering kita lihat bersama banyak
pengangguran, berandalan, anak jalanan, maling, pencopet dan lain-lain. Mereka
bertebaran di sekitar kita akibat kurang produktifnya pribadi tersebut. Hal itu
sudah pasti akan menjadikan masalah masyarakat (Problem Society) yang perlu untuk dituntaskan.
Seiring
berjalannya waktu, seorang yang berakal pasti punya cita-cita dan harapan untuk
meraih kesuksesan hidup. Artinya adalah kesuksesan ini bisa berupa pencapaian
atau prestasi yang berhasil ia raih setelah dirinya bekerja keras dalam
mengerjakan sesuatu.
Produktif
dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan atau bermanfaat bagi dirinya atau kegiatan yang dipenuhi hal-hal yang bermanfaat. Tidak hanya itu
dalam islampun seorang yang produktif seperti misalnya bekerja karena
mengaharap ridha Allah pun dianggap ibadah. Beliau Ibnu Umar R.A dari
Rasulullah, berkata,”Sesungguhnya Allah
mencintai orang yang beriman yang berkarya.”(HR.Thabrani dalam Al-Kabir)
Untuk
mengetahui produktif atau tidaknya seseorang, menurut saya cukup dengan kita
mengajukan pertanyaan, “apa karyamu?”
itu mungkin sudah cukup dan mewakili dari sekian pertanyaan untuk menguji
seseorang produktif atau tidak. Karena syarat seseorang dikatakan produktif
yang paling utama adalah dengan karya dan pencapaian apa yang ia ukir selama
ini. Menurut saya sebuah karya atau pencapain tersebut tidaklah harus sesuatu
yang besar, hal kecilpun bisa dikatakan produktif asal ia punya nilai lebih (Value added) yang bisa membuat dirinya
berdaya.
Beberapa
bulan terakhir saya merasa ada penurunan semangat untuk menjadi pribadi yang
lebih produktif. Walaupun di satu sisi angan-angan untuk berencana memperbaiki
kualitas diri hari demi hari itu selalu ada, namun pada kenyataannya saya tetap
saja terkalahkan oleh rasa malas yang berkepanjangan ini. Sialnya terkadang
kesadaran-kesadaran seperti ini hanya mampir sebentar, setalah itu edan lagi.
Dahulu
kala ada sebuah legenda yang menyebutkan bahwa manusia serigala (werewolf)
memiliki kekuatan yang akan meningkat berkali lipat jika bulan purnama tiba.
Begitu juga dengan tukang sihir. Segala kemampuannya akan meningkat disaat
bulan purnama menjelang. Kekuatan sihirnya akan mencapai puncak saat momen
sakral itu tiba. Hal tersebut berlaku juga bagi kita, kita sendiri bisa membuat
purnama yang menggairahkan semangat. Purnama tersebut dapat kita ibaratkan
dengan sesuatu yang menjadikan kita lebih bersemngat dan bergelora dalam
menjalani kehidupan maupun untuk meraih pencapaian-pencapaian dalam hidup.
Purnama
tersebut misalnya adalah seorang Ibu, dengan kita menjadikan ‘ibu’ sebagai
purnama saat kuliah misalnya, maka kita akan lebih bersemangat untuk belajar
dan menyelesaikan study. Purnama lain yang bisa jadi contoh mungkin bisa jadi
calon pasangan kita. Ya, walaupun mungkin masih tampak samar-samar layaknya
idghom syamsiyyah tapi setidaknya kita sadar bahwa kita harus betul-betul
mempersiapkan diri untuk kebahagiaan keluarga kita di masa depan.(#Eaaakk)
Prinsip “Perbaiki dirimu sama denganperbaiki jodohmu” memang sudah seharusnya kita terapkan karena katanya jodoh
adalah cerminan diri kita.
Ada
yang bilang, “Muda foya-foya, tua kaya
raya, mati masuk surga”. Lah, ngimpi
opo..!! emang situ punya kenalan orang dalam? Enggak kan hehe. Hal mustahil
tersebut terkadang menjadi icon beberapa pemuda yang tidak punya kesadaran
untuk tumbuh dan berkembang. Ia seakan-akan menjadi bunga tidur bagi pemuda
yang senang menginap di zona nyaman. Dengan kata “Nyaman” inilah sebuah
realitas seakan terlihat tidak jelas, dan akirnya terjebak dikenyamanan yang
hanya sebatas kamuflase.
Menjadi
seseorang produktif bisa kita latih dengan hal-hal sederhana, misalnya kalau biasanya
kita mandi sekali dalam sehari menjadi tiga kali dalam sehari. Kalau misal kita
biasaya datang telat ke kampus, kita rubah menjadi datang tiga puluh menit
lebih dulu sebelum jam perkuliahan dimulai. Selanjutnya mungkin bisa dibuat
planing yang lebih serius dan membuat skala prioritas sehari-hari agar hidup
kita jadi lebih terarah. Dan yang terpenting adalah kita harus punya visi dalam
hidup. Visi tersebut bisa kita artikan
dengan sebuah pertanyaan, “kira-kira sepuluh tahun yang akan datang kita ingin
menjadi apa?” artinya bahwa visi itu harus mencangkup tujuan dan cita-cita
jangka panjang kita.
Kalau
misalnya ada yang bertanya apakah saya punya visi, jawabannya sudah pasti
punya. Saya punya visi dalam sepuluh tahun ke depan ingin menjadi seorang penulis
best seller yang bisa menginspirasi
pembaca lewat tulisan dan menjadi seorang pengusaha yang bisa ikut serta
menciptakan lapangan pekerjaan baru. Saya tidak perlu malu memplubikasikan visi
dan cita-cita saya ke depan, karena dengan cara seperti ini mungkin bisa
membuat kita lebih bertanggung jawab atas apa yang sudah direncanakan dan
syukur-syukur dari teman-teman pembaca ada yang mau membantu meng-amini kan
alhamdulillah banget. Hehe.
Semoga
dengan kita mengkaji ulang dan
menganalisa kembali kaitannya dengan produktifitas kita sebagai manusia ini
akan menambah gairah dan semangat ke depan agar lebih baik hari demi hari. Dan
jangan sampai kita menjadi orang yang tidak ada kemajuan karena dari waktu ke
waktu selalu melakukan hal yang sama seperti pesan para insinyur di Jepang kata
Masaaki Imai di atas. Amiinn.
“Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS.94:&)
Sidoarjo, 19 September 2018 || Budi
Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar