Sabtu, 10 November 2018

“Merasa Jatuh Cinta, Bolehkah?”


JJB ke #22

Sumber: Foto Pribadi

“Cinta itu berlebihan dalam kecenderungannya tanpa berharap mendapatkan sesuatu. Cinta itu kegelisahan dalam hati karena rasa jatuh cinta pada kekasih,” Begitu kata Junaid Albaghdadi, seorang ulama sufi yang dulu pernah hidup di Baghdad, Irak. Ketika kita dihadapkan pada suatu kegelisahan dalam hati, tiba-tiba mulut kita susah ngomong lalu tangan dan kaki kita gemeteran ketika tepat berada di depan cinta. Kemudian, senyum-senyum sendiri saat melihatnya dari jauh maka kamu bisa menyebutnya dengan nama “jatuh cinta.” Soo Don’t panic, it’s not some kind of sickness, therefore no need to call a doctor. Jangan panik, karena ia bukan sebuah dosa. Setidaknya ia belum tentu jadi sebuah dosa. 

Semua orang pernah merasakan cinta, cinta adalah fitrah dan indikasi kedewasaan. Bila kamu sudah merasakan jatuh cinta, saya ucapkan selamat! Karena itu tanda kamu normal dan baik-baik saja. Sebagai lelaki dan wanita normal, sudah menjadi kewajaran rasa cinta muncul diantara keduanya. Apalagi mereka berinteraksi dalam waktu yang lama. Terjadinya interaksi itu mungkin mereka satu kampus, satu kantor, satu pengajian, satu organisasi, atau segala “satu” yang lain.

Namun, bukan berarti ketika Allah menganugrahkan rasa cinta sebagai fitrah kepada manusia, lantas kita bebas mengeskpresikannya sesuai kehendak kita, sesuai apa pun yang kita inginkan. Ada masanya, ada tata caranya, dan ada aturannya. Karena itulah agama Islam diturunkan oleh Allah. Supaya kita tetap menjadi manusia yang mengekspresikan cinta sesuai dengan aturan-Nya.
Nah, kembali ke topik. Apakah jatuh cinta itu boleh. Dari berbagai analisa dan sudut pandang tentang cinta yang saya dapatkan ternyata jatuh cinta itu adalah anugrah bukan musibah.

“Tapi kenapa sebagian orang bersedih, merasa kehilangan, dan galau berkepanjangan karena jatuh cinta?”

Orang bersedih karena cintanya bertepuk sebelah tangan, merasa kehilangan karena si doi lebih memilih menikah dengan cowok lain, dan galau berkepanjangan karena si cowok meminta putus. Itu semua terjadi karena harapan. Semakin tinggi harapan kita pada seseorang pun semakin sakit ketika kita tiba-tiba terjatuh. Kita boleh merasa optimis ketika jatung tiba-tiba berdetak lebih kencang saat melihat wanita cantik nan anggun di depan kita lalu otak tiba-tiba berkomentar “Aku harus bisa mendapatkannya” tapi jangan lupa izin dulu sama yang memilikinya. Izin sama Allah lewat Doa yang di sana kita selipkan namanya dan lewat  walinya jika kita sudah benar-benar yakin untuk menghitbahnya. Nggak mungkin kan, saat kita suka dan menginginkan hp  iPhone XS Plus series di counter hp menjadi milik kita misalnya, lantas kita langsung mengambilnya begitu saja tanpa membelinya terlebih dahulu? Yang ada malah kita babak belur karena dianggap maling dan menjadi sasaran amukan masa.

Begitulah cinta. Saat kita memutuskan untuk mencintai seseorang maka saat itu pula kita harus berucap “Bismillah aku mencintaimu”. Karena segala cinta hanyalah milik Allah maka saat kita ingin memilikinya kita juga harus izin kepada pemilik-Nya. Dan hanyalah Allah yang berhak memutuskan apakah kita berhak untuk mendapatkan hatinya kemudian menghalalkannya untuk menyempurnakan agamanya atukah kita hanya akan menjadi tamu undangan saat dipesta pernikahannya. Semua atas kehendak Allah, kita hanya perlu berikhtiar dan berdoa untuk mendapatkan yang terbaik. Selebihnya serahkan kepada Allah sang pemilik cinta dari segala cinta dimuka bumi ini.

Sumber: Foto Pribadi

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan meras tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berpikir.”
(QS.Ar-Rum:21)

Sidoarjo, 10 November 2018 || Budi Setiawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar