JJB ke #22
Sumber: Foto Pribadi |
“Cinta itu
berlebihan dalam kecenderungannya tanpa berharap mendapatkan sesuatu. Cinta itu
kegelisahan dalam hati karena rasa jatuh cinta pada kekasih,” Begitu kata
Junaid Albaghdadi, seorang ulama sufi yang dulu pernah hidup di Baghdad, Irak.
Ketika kita dihadapkan pada suatu kegelisahan dalam hati, tiba-tiba mulut kita
susah ngomong lalu tangan dan kaki kita gemeteran ketika tepat berada di depan
cinta. Kemudian, senyum-senyum sendiri saat melihatnya dari jauh maka kamu bisa
menyebutnya dengan nama “jatuh cinta.” Soo
Don’t panic, it’s not some kind of sickness, therefore no need to call a
doctor. Jangan panik, karena ia bukan sebuah dosa. Setidaknya ia belum
tentu jadi sebuah dosa.
Semua orang pernah merasakan cinta, cinta adalah fitrah
dan indikasi kedewasaan. Bila kamu sudah merasakan jatuh cinta, saya ucapkan
selamat! Karena itu tanda kamu normal
dan baik-baik saja. Sebagai lelaki dan wanita normal, sudah menjadi
kewajaran rasa cinta muncul diantara keduanya. Apalagi mereka berinteraksi
dalam waktu yang lama. Terjadinya interaksi itu mungkin mereka satu kampus,
satu kantor, satu pengajian, satu organisasi, atau segala “satu” yang lain.
Namun, bukan
berarti ketika Allah menganugrahkan rasa cinta sebagai fitrah kepada manusia,
lantas kita bebas mengeskpresikannya sesuai kehendak kita, sesuai apa pun yang
kita inginkan. Ada masanya, ada tata caranya, dan ada aturannya. Karena itulah
agama Islam diturunkan oleh Allah. Supaya kita tetap menjadi manusia yang
mengekspresikan cinta sesuai dengan aturan-Nya.
Nah, kembali ke
topik. Apakah jatuh cinta itu boleh. Dari berbagai analisa dan sudut pandang
tentang cinta yang saya dapatkan ternyata jatuh cinta itu adalah anugrah bukan
musibah.
“Tapi kenapa
sebagian orang bersedih, merasa kehilangan, dan galau berkepanjangan karena
jatuh cinta?”
Orang bersedih
karena cintanya bertepuk sebelah tangan, merasa kehilangan karena si doi lebih
memilih menikah dengan cowok lain, dan galau berkepanjangan karena si cowok
meminta putus. Itu semua terjadi karena harapan. Semakin tinggi harapan kita
pada seseorang pun semakin sakit ketika kita tiba-tiba terjatuh. Kita boleh
merasa optimis ketika jatung tiba-tiba berdetak lebih kencang saat melihat
wanita cantik nan anggun di depan kita lalu otak tiba-tiba berkomentar “Aku
harus bisa mendapatkannya” tapi jangan lupa izin dulu sama yang memilikinya.
Izin sama Allah lewat Doa yang di sana kita selipkan namanya dan lewat walinya jika kita sudah benar-benar yakin
untuk menghitbahnya. Nggak mungkin kan, saat kita suka dan menginginkan hp iPhone XS Plus series di counter hp menjadi milik
kita misalnya, lantas kita langsung mengambilnya begitu saja tanpa membelinya
terlebih dahulu? Yang ada malah kita babak belur karena dianggap maling dan
menjadi sasaran amukan masa.
Begitulah cinta.
Saat kita memutuskan untuk mencintai seseorang maka saat itu pula kita harus
berucap “Bismillah aku mencintaimu”. Karena segala cinta hanyalah milik Allah
maka saat kita ingin memilikinya kita juga harus izin kepada pemilik-Nya. Dan
hanyalah Allah yang berhak memutuskan apakah kita berhak untuk mendapatkan
hatinya kemudian menghalalkannya untuk menyempurnakan agamanya atukah kita
hanya akan menjadi tamu undangan saat dipesta pernikahannya. Semua atas
kehendak Allah, kita hanya perlu berikhtiar dan berdoa untuk mendapatkan yang
terbaik. Selebihnya serahkan kepada Allah sang pemilik cinta dari segala cinta
dimuka bumi ini.
Sumber: Foto Pribadi |
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan meras tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS.Ar-Rum:21)
Sidoarjo, 10 November 2018 || Budi Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar