Jurnalistik adalah Para Pekerja Keabadian
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah.Menulis adalah bekerja untuk keabadian.(Pramoedya Ananta Toer)
Tulisan ini aku awali dengan sedikit meminjam quotes dari bang Pram tentang profesi menulis. Mungkin itu juga menjadi sebuah jawaban ketika saya ditanya teman-teman kenapa saya memilih UKM Jurnalistik di kampus STIE MAHARDHIKA Surabaya. Entah mengapa hari ini aku ingin berbagi kisah dengan pilihanku itu. Mungkin teman-teman bertanya ada apa dibalik profesi "Jurnalistik"?
Seketika pikiranku meraba dan mengingat saat melihat tayangan video di youtube mengenai perjalan kisah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ara-Aita UIN Sunan Ampel satu tahun yang lalu. Mungkin bagi kalian yang belum lihat bisa tonton dulu di channel youtubenya https://youtu.be/szH5LYli7Mk . Sudah pada lihat? oke kita lanjut. Dalam video tersebut dijelaskan bahwa Sesungguhnya pekerjaan jurnalistik sangatlah mulia, mereka pekerja keabadian. Hal itulah yang menginspirasi saya untuk menuliskan judul tulisanku kali ini.
Tak jauh dari situ menurutku ketika wartawan/jurnalis melaksanakan tugasnya secara independen sesuai dengan kode etik jurnalistik berarti dia telah memberikan informasi dan edukasi yang benar kepada publik. Prinsipnya dalam islam wartawan independen menurut perspektif saya adalah Basyiran Wa Nadhiran. Basyiran artinya pemberi kabar gembira, dan Nadziran artinya pemberi peringatan. Dari situ sudah jelas bukankah tugas jurnalis itu sangatlah mulia?. Tetapi realitanya mayoritas anak Indonesia jika ditanya apa cita-citanya setelah dewasa nanti mereka jawab "Saya ingin menjadi dokter". Ada tiga profesi yang menurutku di Indonesia belum banyak diminati, yaitu Wartawan, Penulis, dan Pengusaha. Jelas saja bisa dihitung jumlahnya yang mau menjawab "Saya ingin jadi wartawan, penulis ataupun pengusaha". Peran antara Dokter dan Wartawan sama-sama penting. Seorang dokter berperan menyembuhkan orang sakit dan seorang Wartawan berperan memberikan informasi dan edukasi kepada publik. Tergantung kita mau memilih minoritas diatas mayoritas atau tidak. Yah, mungkin memilih minoritas itu adalah hal yang begitu berat gays.^_^
_________________________________________________________________________________
Sidoarjo, 8 maret 2017
Budi Setiawan
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah.Menulis adalah bekerja untuk keabadian.(Pramoedya Ananta Toer)
Tulisan ini aku awali dengan sedikit meminjam quotes dari bang Pram tentang profesi menulis. Mungkin itu juga menjadi sebuah jawaban ketika saya ditanya teman-teman kenapa saya memilih UKM Jurnalistik di kampus STIE MAHARDHIKA Surabaya. Entah mengapa hari ini aku ingin berbagi kisah dengan pilihanku itu. Mungkin teman-teman bertanya ada apa dibalik profesi "Jurnalistik"?
Seketika pikiranku meraba dan mengingat saat melihat tayangan video di youtube mengenai perjalan kisah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ara-Aita UIN Sunan Ampel satu tahun yang lalu. Mungkin bagi kalian yang belum lihat bisa tonton dulu di channel youtubenya https://youtu.be/szH5LYli7Mk . Sudah pada lihat? oke kita lanjut. Dalam video tersebut dijelaskan bahwa Sesungguhnya pekerjaan jurnalistik sangatlah mulia, mereka pekerja keabadian. Hal itulah yang menginspirasi saya untuk menuliskan judul tulisanku kali ini.
Tak jauh dari situ menurutku ketika wartawan/jurnalis melaksanakan tugasnya secara independen sesuai dengan kode etik jurnalistik berarti dia telah memberikan informasi dan edukasi yang benar kepada publik. Prinsipnya dalam islam wartawan independen menurut perspektif saya adalah Basyiran Wa Nadhiran. Basyiran artinya pemberi kabar gembira, dan Nadziran artinya pemberi peringatan. Dari situ sudah jelas bukankah tugas jurnalis itu sangatlah mulia?. Tetapi realitanya mayoritas anak Indonesia jika ditanya apa cita-citanya setelah dewasa nanti mereka jawab "Saya ingin menjadi dokter". Ada tiga profesi yang menurutku di Indonesia belum banyak diminati, yaitu Wartawan, Penulis, dan Pengusaha. Jelas saja bisa dihitung jumlahnya yang mau menjawab "Saya ingin jadi wartawan, penulis ataupun pengusaha". Peran antara Dokter dan Wartawan sama-sama penting. Seorang dokter berperan menyembuhkan orang sakit dan seorang Wartawan berperan memberikan informasi dan edukasi kepada publik. Tergantung kita mau memilih minoritas diatas mayoritas atau tidak. Yah, mungkin memilih minoritas itu adalah hal yang begitu berat gays.^_^
_________________________________________________________________________________
Sidoarjo, 8 maret 2017
Budi Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar