Cerita
Dari Negeri Santri
[JJM
: Ke #11]
Suasana
di kota Santri
Asyik
senangkan hati
Tiap
pagi dan sore hari
Muda-mudi
berbusana rapi
Menyandang
Kitab Suci
Hilir
mudik silih berganti
Pulang-pergi
mengaji .
(lirik
“Kota santri”- Nasidaria Qosidah)
Ini pondok putra tampak depan |
Pesantren itu laksana Penjara Suci, memang benar.
Pesantren seakan-akan menjadi penjara sekaligus surga bagi para pencari ilmu
khusunya ilmu agama. Di sana terdapat gerbang laksana benteng kokoh, di mana
gembok besinya seperti belenggu kebebasan bagi para penghuninya. “Pesantren”
pun menyimpan berjuta kisah yang indah , pun di sana ada ukiran kenangan pahit,
manis dan unik yang menurut saya sangat menarik untuk digubah dalam bingkai
karya pena.
Asrama dan ruang kelas pondok putra |
Di JJM (Jurnal Jomblo Mulia) yang ke 11 ini saya ingin
berbagi cerita dan pengalaman tentang apa yang pernah kurasa, kualami dan
kujalani. Betapa pernak-pernik perjalanan dipesantren tersebut terlalu sayang
untuk hanya dikenang, namun harapannya semoga bisa menjadi ibrah (pelajaran)
bagi saya pribadi khususnya dengan mengingat ingat perjalanan masa lampau
sebagai acuan untuk melangkah kedepan. Karena seperti yang kita kita ketahui
bersama ada ungkapan Experience Is The Best
Teacher bahwa “Pengalaman adalah guru terbaik”. Adapun jika teman-teman
pembaca mendapatkan kemanfaatan dari tulisan saya, ya alhamdulillah. Paling
tidak akan sedikit memberikan jawaban dari pertanyaan: “Bagaimana sih,
sebenarnya kehidupan dipondok pesantren itu?”.
Pembacaan Rutinan Maulid Simtudurror |
Bagi saya pribadi, menghabiskan sebagian waktu dipondok
menjadi sangat penting. Ada banyak sekali hal-hal yang tidak didapat ketika tak
pernah mondok. Maka dari itu jika ingin merasakan bagaimana serunya kehidupan
dipondok, silahkan mondok dulu. Itu merupakan satu-satunya cara. Kalau hanya
dengan membaca buku-buku novel seperti negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi atau
film mengenai kehidupan dipondok itu saya rasa belum cukup. Tak akan bisa
membuat kita total dalam memaknai sensasi saat-saat dipesantren. Ada satu
alternatif seadainya teman-teman pembaca ingin merasakan bagaimana nuansa ngaji
dipesantren yaitu dengan mengikuti kegiatan ngaji
posonan. Mungkin kegiatan ini agak terdengar asing ditelinga kita. Karena
memang kegiatan yang sering dilakukan di masyarakat umum adalah seperti tadarrus
Al-qur’an, Kultum, ataupun kajian-kajian di bulan Ramadhan. Lalu apa itu ngaji posonan ? Ngaji posonan atau sering disebut ngaji kilatan adalah istilah jawa
dalam menyebut tradisi pengajian di sebagian pesantren-pesantren di Indonesia
yang dilaksanakan di bulan Ramadhan. Biasanya dilaksanakan kurang lebih 15-20
hari dibulan Ramadhan. Seperti apa keseruannya ngaji posoan di bulan Ramadhan? Jawabannya mungkin bisa dicoba
sendiri-sendiri dulu ya, dan silahkan ditafsirkan sendiri-sendiri. Hehe.
(Terkait pembahasan ngaji posonan
Insya’Allah bisa saya tuliskan dijurnal berikutnya geh).
Suasana ngaji kitab kuning |
Oke, kita lanjut (kembali ke laptop) he. Saya sendiri
pernah mengenyam pendidikan dipondok pesantren tapi tidak lama hanya tiga
tahunan di Kota ponorogo. Jika kita berbicara ponpes di Ponorogo yang maka yang
paling terkenal adalah Pondok Modern Gontor yang pernah salah satu santrinya
mengabadikan kisah dipondok Gontor itu kedalam sebuah novel yang menjadi Best
Seller. Yaitu novel Negeri 5 menara karya A.fuadi. Tapi pondokku bukanlah di
Gontor tersebut, pondok saya adalah pondok salaf dimana sistem pengajarannya
menganut sistem tradisional. Pondok pesantren yang mengkaji “Kitab-kitab
kuning” (kitab kuno). Banyak hal yang mengesankan ketika mondok dipesantren
salaf salah satunya adalah hubungan antara kyai dengan santri cukup dekat
secara emosional. Kyai terjun langsung
dalam menangani para santrinya. Yang menjadi ciri khas pesantren salaf
yaitu sistem pengajarannya menggunakan arab
pegon, dimana arab pegon tersebut
sebagai metode dalam memaknai kitab yang diajarkan dengan tulisan arab tapi
menggunakan bahasa jawa. Kebetulan pondok saya dulu adalah pondok yang
memadukan sistem pengajaran tradisional dengan sistem modern dengan adanya
sekolah umum di lingkup pesantrennya seperti adanya sekolah MTs (setara dengan
SMP) dan MA (setara dengan SMA). Sehingga saat saya mondok dipesantren tersebut
tidak hanya ilmu agama yang diajarkan tapi ilmu umum juga tidak ketinggalan.
Asyiknya makan bersama santri |
Yang menyenangkan dari Santri di pondok adalah sikap
kekeluargaannya. Teman se-pondok bagiku adalah sebuah keluarga besar. Karena
orang tua dari para santri bertempat tinggal jauh dari pondok bahkan ada
beberapa santri yang berasal dari luar pulau, maka teman-teman santri yang
dirasa lebih dekat menjadi keluarga baru dipondok. Jika ada yang sakit maka
teman sekamar yang mengurusnya. Saat kehabisan bekal pinjam teman yang punya,
saat ada makanan dimakan bersama-sama (Senampan bersama) dan saat ada masalah
kita saling curhat untuk saling memberi solusi. Indah nian jika mengingat
masa-masa itu yang sulit sekali saya dapatkan saat sudah mengenyam pendidikan
di bangku kuliah saat ini. Untuk meringankan beban orang tua dulu ketika mondok
saya nderek ndalem (bekerja jadi abdi
ndalem dirumahnya Kyai) dan alhamdulillah selama mondok saya dibebaskan dari
tanggungan SPP baik yang sekolah umum maupun SPP pondok. Bahkan biaya makan dan
asrama pun saya ditanggung ndalem (keluarga
kyai). Saya hanya mengeluarkan biaya untuk keperluan pribadi saja seperti,
kitab-kitab, buku, peralatan mandi dll. Dari situ saya bisa sedikit meringankan
beban Orang Tua. Di ndalem bu Nyei keseharianku
adalah jadi petugas kebersihan baik
membersihkan ndalem bu Nyei dan juga mengambil sampah-sampah di halaman pondok
putri. F.Y.I hanya santri putra yang ikut ndalem
seperti aku sajalah yang boleh masuk dipondok putri. Sebenernya awal-awalnya
malu untuk mengambil sampah itu tapi lama-lama jadi biasa saja. Terkadang ada
rasa senang juga saat papasan dengan dengan santriwati yang jadi pujaan hati
hehehe. Walaupun hanya sebatas saling tebar senyum dan curi pandang dikit tapi
senengnya bukan main. Eiiits.. ini pun juga saya lakukan dengan ekstra
hati-hati. Kalau sampai Ibu Nyai atau Abah tahu bisa terjadi musibah besar hehe.
(Jangan ditiru ya).
Mungkin terkesan sering saya mempromosikan pondok dan
kegiatan-kegiatan santrinya di media sosial. Ya, saya memang menuliskannya
dalam rangka ikut mengkampanyekan gerakan “ayo mondok” yang dicanangkan PBNU
(Pengurus Besar Nahdlatul Ulama). Seperti yang diutarakan Katib Syuriyah PCNU
Jember, Ustadz MN.Harisudin, gerakan Ayo Mondok merupakan langkah positif dalam
rangka mencetak generasi bangsa yang cerdas sekaligus berakhlak mulia. Dan
pastinya kita berharap agar orang-orang mau menengok pesantren sebagai lembaga
pendidikan alternatif ditengah zaman “kekinian” yang begitu tak karuan saat
ini. Saya pun begitu tertampar ketika membaca wejangan dari KH.Abdullah
Kafabihi Mahrus (Pengasuh pondok Lirboyo kediri) yang menyebutkan “alumni pesantren yang tidak peduli dengan
pesantren tidak lebih baik dari yang tidak alumni tapi peduli dengan pesantren”.
Lewat membagikan kesan-kesan dari nilai kebaikan-kebaikan yang pernah saya
jumpai dipondok ini semoga menjadi sedikit usaha untuk peduli terhadap pusat
kaderisasi da’i-da’i itu sendiri. Amiin.
Ziarah Wali di Madura dengan teman seperjuangan |
Banyak hal kenapa Orang Tua penting memondokkan anaknya
di pesantren. Menurut pengalaman penulis sendiri ada beberapa hal yang dirasa
menjadi alasan kenapa mondok itu penting. Pertama dipondok pesantren terutama
pondok salaf (Pondok Tradisional NU) memiliki sanad keilmuan yang jelas. Segala
yang dipelajari dipesantren salaf bisa dipertanggung jawabkan. Jika kita
runtut, ilmu yang dikonsumsi alurnya jelas sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
Kedua diperkenalkannya konsep barokah. Dalam kehidupan di pesantren barokah ini
menjadi hal yang sangat penting bagi semua santri. Seringkali kita mendengar,
setinggi apapun ilmu yang didapatkan jika tidak mendapat barokah kyainya maka
akan sia-sia ilmunya. Barokah sendiri mempunyai makna penambahan kebagusan dari
Allah SWT (ziyadatul khoir). Artinya setiap waktu semakin bertambah baik. Ketiga
dipesantren juga diajarkan bagaimana bersosial. Seperti yang telah saya
ceritakan diawal bahwa kebersamaan di pesantren itu sangat erat diibaratkan
penghuni pesantren adalah The Big Family
(keluarga besar). Semisal bagaimana santri makan bersama dalam sebuah nampan. Dan
saling saling bahu membahu jika teman yang lain terkena masalah atau musibah
semisal sakit. Dari situ bisa kita lihat bahwa kebersamaan menjadi hal penting
kaitannya dengan pendidikan sosial. Kelima adalah Akhlak. Seseorang santri yang
berakhlak, baik tindakan, perkataan, pikiran maupun perasaannya akan berjalan
secara beriringan.
Para pengasuh pondok (No.2 dari kiri adalah Kyai Zami' Khudz Dza wali Syam No.3 adalah Kyai Ayyub Ahdiyan Syam |
Ini hanyalah sedikit pengalaman yang pernah penulis
alami. Masih banyak pengalaman dan hal-hal lain yang menjadi jawaban bahwa
mondok (nyantri) itu penting. Ada segudang pelajaran dan pengalaman yang hanya
bisa kita dapatkan dari pondok pesantren. InsyaAllah jika saya nanti dikaruniai
anak maka saya berniat untuk memondokkannya. Tentunya setelah saya dipertemukan
jodoh saya dulu,he.
Sekian.
26 Mei 2017 | Budi Setiawan
26 Mei 2017 | Budi Setiawan
Foto-foto lain:
Habis ngaji ya ngrumpi bahas Agama, negara kemudian santri putri hehe |
Sepak bola ala santri |
Ziarah wali dengan Romo Kyai Ayyub |
Pelantikan pengurus OSIPP (Organisasi Santri Intra Pondok Pesantren) |