#JJM Ke 10
Merasa Tertinggal
Jauh
"Jangan pernah jadi orang yang gampang puas! Masih banyak puncak-puncak yang harus kau capai"- Anis Baswedan
Akhir-akhir ini saya sering berfikir betapa sangat
tertinggal jauhnya saya dari mereka-mereka yang telah menemukan singgasananya
dipintu kesuksesan. Kesuksesan disini menurut saya tidak bisa dianalogikan hanya
milik mereka-mereka yang punya duit lebih dan kecukupan dari segi materi saja.
Tapi menurutku esensi dari kesuksesasan adalah ketika orang itu dapat
memberikan manfaat lebih bagi orang lain. Karena seperti yang kita ketahui
bersama menurut baginda Rasul SAW.“Sebaik-baiknya manusia adalah yang
bermanfaat bagi orang lain”.
Saya mungkin bisa jadi termasuk pemuda-pemuda yang kurang
gaul dan kekinian, karena memang jadwal nonton, liburan, ataupun ngopi bisa dihitung dalam
beberapa bulan terakhir ini. Semestinya kegiatan-kegiatan semacam itu
menjadi jadwal rutinitas pemuda kekinian setiap minggunya. Saya lebih suka bermesraan
dengan buku-buku daripada bermesraan denganya.Eits, kata ganti “nya” disini
ternyata juga masih tanda tanya, he. Saya
juga mulai senang mengikuti beragam acara. Tentu acara yang saya ikuti tersebut
temanya sesuai dengan passion saya.
Hal-hal yang berkaitan dengan tulis menulis, leadership, entrepreneur,
jurnalistik, keagamaan, dan beberapa hal yang selalu mengundang percik
antusiasme dibenak saya untuk berkesempatan jadi pesertanya. Mungkin beberapa
pemuda asing memaknai berbeda dalam hal yang dikatakan gaul ini. Dan saya ingin
mencoba dengan sangat untuk menjadi bagian dari pemuda-pemuda asing ini. Pemuda
yang merasa tidak begitu puas dengan hal-hal bersifat umum, punya tingkat
kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitar, berfikir diatas rata-rata dan
selalu melakukan pengembangan diri untuk bisa berinovasi.
Berawal dari seminar entrepreneur yang diselenggarakan
oleh Hipmi PT UNAIR dan BEM FKG Unair bertempat di Gedung Garuda Muka Fakultas
kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya kemarin sabtu, (06/05/2017) pikiran
mengenai ketertinggalan saya dengan beberapa pemateri semakin menjadi-jadi.
Bahkan saya sempat kagum dan penasaran dengan salah satu panitia seminar yang
notabennya menjadi ketua Hipmi PT Unair tersebut. Namanya Galang Satria Bella
diusianya yang masih sangat muda yaitu 21 tahun bahkan lebih muda dari saya,
sudah mampu menciptakan obat nyamuk herbal berkemasan dari limbah kaleng rokok.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi orang tua punya anak seperti dia dan juga
kebanggan kampus punya mahasiswa yang diatas rata-rata seperti beliau. Akhirnya
setelah tiba dirumah naluri menulis saya kemudian bangkit lagi. Saya sebenarnya
bingung judul tulisan apa yang akan saya
angkat di JJM (Jurnal Jomblo Mulia) yang ke 10 ini. Dan clingg.. Serta merta
ada gambar lampu bohlam diatas kepala saya, tanda ide sudah lahir dari rahim
imajinasi saya. Ya, ide y itu adalah saya ingin menuliskan beberapa paragraf
tentang ketinggalan saya dengan beberapa anak muda yang telah lebih dulu sukses
daripada saya. Baik mereka yang sudah saya temui secara langsung maupun yang
hanya saya jumpai diInternet (Online).
Pertama-tama saya masih penasaran siapa sih sebenarnya
mas Galang tersebut dan bagaiman history dari biografi hidupnya selama ini.
Betul saja setelah searching saya
menemukan website pribadinya. Selain punya produk buatan sendiri yaitu obat
nyamuk Miredo yang saya ceritakan diatas ternyata juga sudah banyak pencapaian-pencapaian
yang dia raih, seperti Juara 1 lomba Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIM) Unair 2015,
dll. Selain itu ternyata dia juga pernah aktif dibeberapa Organisasi salah
satunya Ketua Umum LPM Mercusuar Unair 2014/2015, Reporter majalah Unair 2016
dan masih banyak lagi. Teman-teman bisa cek dan kepoin juga diwebsitenya www.galangkesatriabella.com . Jam
terbang dan semangat organisasinya yang tinggi membuat dia dipercayai untuk
jadi pengurus dibeberapa Organisasi. Lain halnya dengan beberapa penulis yang
saya kagumi karena prestasinya yang luar biasa ditengah setatusnya yang
ternyata juga masih lajang (baca: jomblo) he. Seperti mas Brilli Agung, dia
adalah penulis buku Kitab Penyihir
Aksara dan 25 buku lainnya. Walaupun masih lajang tapi karya-karya dan
pencapaiannya beliau tidak bisa dianggap remeh. Selain itu dia juga dikenal sebagai
Authormaker yang telah jadi mentor beberapa
penulis lain di Kelas Menulis Online (KMO) dan Bikin Buku Club (BBC). Tidak
main-main visi hidupnya adalah “ Di tahun 2060, 7 dari 10 penulis di Indonesia
ketika ditanya siapa gurunya, mereka akan menjawab Brilli Agung”. Tak hanya itu saat ini beliau juga sedang
belajar menjadi pengusaha, dengan mendirikan 3 perusahaan: 1. PT. Inspirator
Juara Indonesia (Inspirator Academy), 2.PT.Valua Lidi Impressario (Valua
Training), dan 3.PT.Wahana Manuskrip Semesta (Jakarta Translator). Yang paling
membuat saya terkesan adalah dari ceritanya saat acara bedah buku di kampung
steak Rungkut, Surabaya. Dia menceritakan semua hasil royalti dari buku pertama
yang dia tulis dipergunakan untuk membiayai umrah Ibunya. Seketika itu hati
saya tersentuh dan mata saya berkaca-kaca. Dan berkata dalam hati, “Selama ini
apa yang telah saya berikan kepada kepada orangtuaku terutama Ibu, hingga
membuat beliau menangis bahagia dengan prestasi-prestasi dan pencapaian anaknya
?”.
Kalau berbicara masalah perencanaan sesuatu baik karir,
cita-cita dan lain-lain saya mungkin
lebih punya keahlian tersebut, tapi sayangnya saya belumlah menjadi pengeksekusi
rencana yang baik. Memang baground
saya saat ini adalah dari mahasiswa jurusan manajement. Mestinya fungsi
manajement yang terbalut dalam POACE (Planning, Organizing, Actualing, Controlling
dan Evaluting) saya terapkan dengan baik-baik. Tapi nyatanya saya masih
terkendala difungsi actualing sebagai bentuk pengeksekusian sebuah rencana.
Banyak orang yang tak kuat dan melambaikan tangan tanda menyerah. Semoga saja
kita tak termasuk golongan orang-orang yang menyerah kalah tersebut. Apalagi
menjadi kesatria yang kalah sebelum bertempur, jangan deh ! itu kan sangat
memalukan he. Kita tentunya ingin jadi seorang pemenang bukan, yang kemudian
bisa mengajak sebanyak mungkin orang untuk turut serta mengikuti jalan yang
telah kita lalui. Tentunya harus kita pastikan dulu bahwa jalan tersebut memang
sesuai dan sejalan dengan hukum agama dan negara kita. Amiin.
Sidoarjo, 7 Mei 2017 | Budi Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar