Minggu, 07 Mei 2017

Merasa Tertinggal Jauh



#JJM Ke 10
Merasa Tertinggal Jauh 
 
Sumber gambar: www.solopos.com
 "Jangan pernah jadi orang yang gampang puas! Masih banyak puncak-puncak yang harus kau capai"- Anis Baswedan

Akhir-akhir ini saya sering berfikir betapa sangat tertinggal jauhnya saya dari mereka-mereka yang telah menemukan singgasananya dipintu kesuksesan. Kesuksesan disini menurut saya tidak bisa dianalogikan hanya milik mereka-mereka yang punya duit lebih dan kecukupan dari segi materi saja. Tapi menurutku esensi dari kesuksesasan adalah ketika orang itu dapat memberikan manfaat lebih bagi orang lain. Karena seperti yang kita ketahui bersama menurut baginda Rasul SAW.“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”.

Saya mungkin bisa jadi termasuk pemuda-pemuda yang kurang gaul dan kekinian, karena memang jadwal nonton, liburan, ataupun ngopi bisa dihitung  dalam  beberapa bulan terakhir ini. Semestinya kegiatan-kegiatan semacam itu menjadi jadwal rutinitas pemuda kekinian setiap minggunya. Saya lebih suka bermesraan dengan buku-buku daripada bermesraan denganya.Eits, kata ganti “nya” disini ternyata juga masih tanda tanya, he.  Saya juga mulai senang mengikuti beragam acara. Tentu acara yang saya ikuti tersebut temanya sesuai dengan passion saya. Hal-hal yang berkaitan dengan tulis menulis, leadership, entrepreneur, jurnalistik, keagamaan, dan beberapa hal yang selalu mengundang percik antusiasme dibenak saya untuk berkesempatan jadi pesertanya. Mungkin beberapa pemuda asing memaknai berbeda dalam hal yang dikatakan gaul ini. Dan saya ingin mencoba dengan sangat untuk menjadi bagian dari pemuda-pemuda asing ini. Pemuda yang merasa tidak begitu puas dengan hal-hal bersifat umum, punya tingkat kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitar, berfikir diatas rata-rata dan selalu melakukan pengembangan diri untuk bisa berinovasi.

Berawal dari seminar entrepreneur yang diselenggarakan oleh Hipmi PT UNAIR dan BEM FKG Unair bertempat di Gedung Garuda Muka Fakultas kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya kemarin sabtu, (06/05/2017) pikiran mengenai ketertinggalan saya dengan beberapa pemateri semakin menjadi-jadi. Bahkan saya sempat kagum dan penasaran dengan salah satu panitia seminar yang notabennya menjadi ketua Hipmi PT Unair tersebut. Namanya Galang Satria Bella diusianya yang masih sangat muda yaitu 21 tahun bahkan lebih muda dari saya, sudah mampu menciptakan obat nyamuk herbal berkemasan dari limbah kaleng rokok. Suatu kebanggaan tersendiri bagi orang tua punya anak seperti dia dan juga kebanggan kampus punya mahasiswa yang diatas rata-rata seperti beliau. Akhirnya setelah tiba dirumah naluri menulis saya kemudian bangkit lagi. Saya sebenarnya bingung  judul tulisan apa yang akan saya angkat di JJM (Jurnal Jomblo Mulia) yang ke 10 ini. Dan clingg.. Serta merta ada gambar lampu bohlam diatas kepala saya, tanda ide sudah lahir dari rahim imajinasi saya. Ya, ide y itu adalah saya ingin menuliskan beberapa paragraf tentang ketinggalan saya dengan beberapa anak muda yang telah lebih dulu sukses daripada saya. Baik mereka yang sudah saya temui secara langsung maupun yang hanya saya jumpai diInternet (Online).

Pertama-tama saya masih penasaran siapa sih sebenarnya mas Galang tersebut dan bagaiman history dari biografi hidupnya selama ini. Betul saja setelah searching saya menemukan website pribadinya. Selain punya produk buatan sendiri yaitu obat nyamuk Miredo yang saya ceritakan diatas ternyata juga sudah banyak pencapaian-pencapaian yang dia raih, seperti Juara 1 lomba Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIM) Unair 2015, dll. Selain itu ternyata dia juga pernah aktif dibeberapa Organisasi salah satunya Ketua Umum LPM Mercusuar Unair 2014/2015, Reporter majalah Unair 2016 dan masih banyak lagi. Teman-teman bisa cek dan kepoin juga diwebsitenya www.galangkesatriabella.com . Jam terbang dan semangat organisasinya yang tinggi membuat dia dipercayai untuk jadi pengurus dibeberapa Organisasi. Lain halnya dengan beberapa penulis yang saya kagumi karena prestasinya yang luar biasa ditengah setatusnya yang ternyata juga masih lajang (baca: jomblo) he. Seperti mas Brilli Agung, dia adalah penulis buku  Kitab Penyihir Aksara dan 25 buku lainnya. Walaupun masih lajang tapi karya-karya dan pencapaiannya beliau tidak bisa dianggap remeh. Selain itu dia juga dikenal sebagai Authormaker yang telah jadi mentor beberapa penulis lain di Kelas Menulis Online (KMO) dan Bikin Buku Club (BBC). Tidak main-main visi hidupnya adalah “ Di tahun 2060, 7 dari 10 penulis di Indonesia ketika ditanya siapa gurunya, mereka akan menjawab Brilli Agung”.  Tak hanya itu saat ini beliau juga sedang belajar menjadi pengusaha, dengan mendirikan 3 perusahaan: 1. PT. Inspirator Juara Indonesia (Inspirator Academy), 2.PT.Valua Lidi Impressario (Valua Training), dan 3.PT.Wahana Manuskrip Semesta (Jakarta Translator). Yang paling membuat saya terkesan adalah dari ceritanya saat acara bedah buku di kampung steak Rungkut, Surabaya. Dia menceritakan semua hasil royalti dari buku pertama yang dia tulis dipergunakan untuk membiayai umrah Ibunya. Seketika itu hati saya tersentuh dan mata saya berkaca-kaca. Dan berkata dalam hati, “Selama ini apa yang telah saya berikan kepada kepada orangtuaku terutama Ibu, hingga membuat beliau menangis bahagia dengan prestasi-prestasi dan pencapaian anaknya ?”.

Kalau berbicara masalah perencanaan sesuatu baik karir, cita-cita dan lain-lain  saya mungkin lebih punya keahlian tersebut, tapi sayangnya saya belumlah menjadi pengeksekusi rencana yang baik. Memang baground saya saat ini adalah dari mahasiswa jurusan manajement. Mestinya fungsi manajement yang terbalut dalam POACE (Planning, Organizing, Actualing, Controlling dan Evaluting) saya terapkan dengan baik-baik. Tapi nyatanya saya masih terkendala difungsi actualing sebagai bentuk pengeksekusian sebuah rencana. Banyak orang yang tak kuat dan melambaikan tangan tanda menyerah. Semoga saja kita tak termasuk golongan orang-orang yang menyerah kalah tersebut. Apalagi menjadi kesatria yang kalah sebelum bertempur, jangan deh ! itu kan sangat memalukan he. Kita tentunya ingin jadi seorang pemenang bukan, yang kemudian bisa mengajak sebanyak mungkin orang untuk turut serta mengikuti jalan yang telah kita lalui. Tentunya harus kita pastikan dulu bahwa jalan tersebut memang sesuai dan sejalan dengan hukum agama dan negara kita. Amiin.

Sidoarjo, 7 Mei 2017 | Budi Setiawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar