[ JJB ke #32 Series: #LiterasiLawanPandemi ]
Ditengah kemelut pandemi
Covid-19, bukan sesuatu yang tabu jika kita mempertanyakan kapan berakhirnya
pandemi korona ini. Phisycal Distancing
memaksa kita untuk tidak melakukan aktvitas kita sewajarnya sebagai makhluk
sosial. Pelarangan berkumpul dengan orang banyak, berjabat tangan bahkan sampai
aktivitas ibadah di Masjid dan Gerejapun dihentikan di daerah zona merah yang
terkena virus. WFH (Work From Home) menjadi salah satu himbauan pemerintah
kepada kita untuk melakukan kerja dan belajar mengajar dari rumah.
Gambar: Poster Antalogi Cerita Inspiratif #diRumahAja |
Menjadi hal yang wajar jika
kebijakan ini juga berdampak pada psikologi sebagaian orang, merasa bosan salah
satunya. Berawal dari melihat realitas yang ada tersebut, serta kurang adanya
kegiatan produktif yang dilakukan mahasiswa dalam menghadapi pandemi ini. Dea
dan Jahe, dua mahasiswa yang menjadi Aktivis Peneleh ini punya inisiatif untuk
membuat project menulis buku antalogi bersama. Projek ini bertajuk, “Cerita
Inspiratif #diRumahAja”.
Mereka bekerja sama dengan
Penerbit Peneleh sebagai media untuk menerbitkan antalogi itu. Mereka mengambil
tema “Cerita Inspiratif #diRumahAja” lantaran ingin membagikan cerita-serita
inspiratif saat berada dirumah dari masing-masing kontibutor kepada pembaca.
“Dari tema tersebut sudah jelas akan berisi cerita tentang apa saja yang
penulis alami ketika menghadapi pandemi ini. Yang juga akan menjadi rekam
sejarah di tahun yang akan datang”, terangnya saat saya mintai keterangan
tentang projek tersebut. Hal itu tampaknya juga memantik antusias saya untuk
terlibat di dalamnya. Saya pikir ini adalah kesempatan bagus, mumpung ada
teman-teman yang bisa saling menyemangati dalam berkarya. Hehe.
WFH memang bukan hanya bicara
soal bagaimana semestinya kita bekerja dari rumah. Tapi juga bagaimana kita
mengisi hari-hari kita untuk lebih bermanfaat. Menekuni hobi seperti misalnya
menulis juga bisa menjadi jawabannya. Sebab, menulis selain untuk mengungkapkan
keresahan hati kita juga bisa sebagai obat untuk meredam kepanikan diri (Self Healing). Menulis juga bisa
memberikan sumbangsih ilmu dan wawasan kita kepada dunia terkait hal-hal yang mestinya
diketahui. Apalagi jika tulisan itu dinilai bisa memberikan sesuatu yang bisa
menginspirasi pembaca, maka itu akan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi
penulisnya.
Maka disaat kondisi memaksakan
kita untuk bekerja dan belajar dari rumah, WFH bukan lagi diartikan sebagai Work From Home tapi bisa bisa jadi
diartikan Writer From Home bagi
penulis buku antalogi seperti di atas misalnya. Antalogi adalah kumpulan karya
tulis pilihan seseorang atau beberapa pengarang. Antalogi dalam hal ini bisa
berupa puisi, cerpen, essay, ataupun artikel dalam bentuk lain. Dan lebih
enaknya, menulis buku antalogi bisa lebih menghemat energi kita untuk menulis
sebuah buku. Ya, bagaimana tidak hemat. Wong menulis satu buku saja penulisnya
bisa mencapai puluhan orang. He.
Inisiasi projek antalogi ini
menurutku sangat baik. Menulis bersama sembari diberi deadline pengumpulan seperti ini cukup membantu orang-orang yang
punya masalah dalam hal semangat menulisnya yang dirasa kurang namun punya
keinginan untuk tetap produktif menghasilkan sebuah karya. Jika tidak demikian
kapan kita akan produktif sementara itu semua hanya bertengger diangan, musabab
ndak pernah ada yang memberi deadline
misalnya. Karena bagi pemula seperti kita, menulis harus ada punya komunitas
untuk memberikan suntikan semangat jika semangat kita mulai down. Lebih-lebih sangat disarankan
untuk memiliki seorang mentor. Karena seorang mentorlah nantinya yang akan
membimbing, mengarahkan dan memberikan umpan balik dari setiap karya yang kita
buat.
Sebetulnya, selain itu menulis
antalogi juga bisa dijakan portofolio dan self
branding bagi diri kita agar lebih dikenal orang lain. Tapi benefit ini
bagi saya hanyalah sebuah bonus. Sebab, tujuan pertam kita menulis adalah agar
sebuah gagasan yang kita tuliskan bisa memberikan kebermanfaatan bagi sesama
lebih-lebih bisa berdampak positif bagi pembaca, syukur Alhamdulillah. Konon,
apa yang ditulis dari hati insyaAllah juga akan sampai di hati pembaca.
#SalamLiterasi
“Menulis bukan hanya menerangkai kata-kata indah namun menyampaikan
gagasan. Bila kamu melakukannya dengan sepenuh hati maka yang tersentuh bukan
Cuma pikiran pembaca tetapi juga hati mereka.”
-Rusdi Mathari
Sidoarjo, 23 April 2020 || Budi Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar