Senin, 27 April 2020

LAHIRNYA VENTILATOR KARYA ANAK BANGSA


[JJB ke #33, Series:#LiterasiLawanPandemi]

“Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungannya. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.”

-Lenang Manggala (Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia)

Benar adanya, apabila disebutkan bahwa fungsi dari pendidikan yang sesungguhnya adalah menciptakan perubahan pada diri dan lingkungannya seperti yang diungkapkan oleh mas Lenang Manggala di atas. “Agent of change” begitu kawan-kawan mahasiswa menyebutnya. Sejalan dengan hal tersebut, YPM Salman bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjadjaran (UNPAD) berusaha mewujudkannya dengan aksi nyata berkarya. Terbukti pada tanggal 21 April 2020 kemaren, Ventilator portabel CPAP, Vent-I yang merupakan hasil produk kerjasama telah lolos uji produk oleh Balai Pengamanan Fasillitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Sumber Foto: Grid.id

Seperti yang telah dilangsir dilaman resminya ITB, Ventilator ini dinisiasi pengembangannya oleh Dr.Syarif Hidayat, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) dari Kelompok Keahlian Ketenagalistrikan ITB, didukung oleh beberapa Dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantra (FTMD) dan Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernafas sendiri (jika pasien COVID-19 pada gejala klinis tahap 2), bukan diperuntukkan bagi pasien ICU. Katanya ventilator tersebut diklaim  dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis.

Dengan kian banyaknya kebutuhan Ventilator untuk pasien COVID-19 di Indonesia, Vent-I ini diharapkan mampu untuk membantu mencukupi kebutuhan tersebut. Vent-I ini akan diproduksi untuk kebutuhan sosial, artinya Vent-I akan dibagikan secara gratis kepada rumah sakit yang membutuhkan. Menurut Ir.Hari Thahjono, MBA., Selaku tim Komunikasi Publik dari pengembangan Vent-I dalam rilisnya mengatakan, “Vent-I ini akan diproduksi sekitar 300-500 sesuai dengan jumlah donasi yang masuk ke Rumah Amal Salman. Produksi tahap pertama dimulai begitu lolos uji pada tanggal 21 kemaren, dan akan diproduksi melalui kerjasama dengan PT DI,” ujarnya.

Kendati di satu sisi, menurut kabar yang beredar di media, Indonesia akan mendapatkan bantuan ventilator dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Tapi di sisi lain kita tidak bisa sepenuhnya menggantungkan harapan kepada negara lain. Dengan aksi nyata yang dilakukan oleh tim pengembang Vent-I di atas setidaknya akan bisa memicu dan menginspiasi para pemuda Indonesia lain agar lebih semangat dalam berkarya. Mereka dengan karyanya seakan ingin meneriakkan kepada bangsa ini dan dunia, bahwa Indonesia itu “mampu”.

Dalam wawancaranya bersama VOA (Voice Of America), Dr.Syarif Hidayat dengan semangatnya berkata, “saya memilih mati dalam keadaan berdiri, daripada mati dalam keadaan memeluk lutut”.  Artinya kurang lebih yang ingin beliau sampaikan adalah jangan sampai kita hanya pasrah dengan keadaan dan sebatas berpangku tangan menunggu keajaiban. Tapi ciptakanlah keajabaiban itu. Dengan cara apa? Dengan cara berusaha menjadi yang terbaik bagi sesama. Sebab, seperti pesan Rasulullah “Sebaik-baik manusia adalah paling yang bermanfaat bagi sesama”.

Menjadi pribadi yang bermanfaat bisa diibaratkan seperti menanam kebaikan untuk diri sendiri. Selayaknya orang yang menanam, suatu saat kita juga akan memanennya. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 7:

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri.”

Seperti yang telah kita ketahui bersama, tim medis sudah menjadi garda terdepan dalam menangani pasien covid-19. Pak Syarif dengan tim kerjasamanya sudah menciptakan ventilator karya anak bangsa. Lalu, bagaimana dengan kita? Siapkah kita menjadi barisan pahlawan covid-19 selanjutnya? Semoga saja cita-cita luhur itu tidak hanya sebatas bertengger di angan.

Sidoarjo, 27 April 2020 || Budi Setiawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar