[JJB ke #33, Series:#LiterasiLawanPandemi]
“Nilai
akhir dari proses pendidikan, sejatinya terekapitulasi dari keberhasilannya
menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungannya. Itulah fungsi daripada
pendidikan yang sesungguhnya.”
-Lenang
Manggala (Founder Gerakan Menulis Buku Indonesia)
Benar adanya, apabila
disebutkan bahwa fungsi dari pendidikan yang sesungguhnya adalah menciptakan
perubahan pada diri dan lingkungannya seperti yang diungkapkan oleh mas Lenang
Manggala di atas. “Agent of change”
begitu kawan-kawan mahasiswa menyebutnya. Sejalan dengan hal tersebut, YPM
Salman bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas
Padjadjaran (UNPAD) berusaha mewujudkannya dengan aksi nyata berkarya. Terbukti
pada tanggal 21 April 2020 kemaren, Ventilator portabel CPAP, Vent-I yang
merupakan hasil produk kerjasama telah lolos uji produk oleh Balai Pengamanan
Fasillitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sumber Foto: Grid.id |
Seperti yang telah dilangsir dilaman resminya ITB, Ventilator ini dinisiasi pengembangannya oleh Dr.Syarif Hidayat, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) dari Kelompok Keahlian Ketenagalistrikan ITB, didukung oleh beberapa Dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantra (FTMD) dan Desain Produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernafas sendiri (jika pasien COVID-19 pada gejala klinis tahap 2), bukan diperuntukkan bagi pasien ICU. Katanya ventilator tersebut diklaim dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis.
Dengan kian banyaknya
kebutuhan Ventilator untuk pasien COVID-19 di Indonesia, Vent-I ini diharapkan
mampu untuk membantu mencukupi kebutuhan tersebut. Vent-I ini akan diproduksi
untuk kebutuhan sosial, artinya Vent-I akan dibagikan secara gratis kepada
rumah sakit yang membutuhkan. Menurut Ir.Hari Thahjono, MBA., Selaku tim
Komunikasi Publik dari pengembangan Vent-I dalam rilisnya mengatakan, “Vent-I
ini akan diproduksi sekitar 300-500 sesuai dengan jumlah donasi yang masuk ke
Rumah Amal Salman. Produksi tahap pertama dimulai begitu lolos uji pada tanggal
21 kemaren, dan akan diproduksi melalui kerjasama dengan PT DI,” ujarnya.
Kendati di satu sisi, menurut
kabar yang beredar di media, Indonesia akan mendapatkan bantuan ventilator dari
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Tapi di sisi lain kita tidak bisa
sepenuhnya menggantungkan harapan kepada negara lain. Dengan aksi nyata yang
dilakukan oleh tim pengembang Vent-I di atas setidaknya akan bisa memicu dan
menginspiasi para pemuda Indonesia lain agar lebih semangat dalam berkarya.
Mereka dengan karyanya seakan ingin meneriakkan kepada bangsa ini dan dunia,
bahwa Indonesia itu “mampu”.
Dalam wawancaranya bersama VOA
(Voice Of America), Dr.Syarif Hidayat dengan semangatnya berkata, “saya memilih
mati dalam keadaan berdiri, daripada mati dalam keadaan memeluk lutut”. Artinya kurang lebih yang ingin beliau
sampaikan adalah jangan sampai kita hanya pasrah dengan keadaan dan sebatas
berpangku tangan menunggu keajaiban. Tapi ciptakanlah keajabaiban itu. Dengan
cara apa? Dengan cara berusaha menjadi yang terbaik bagi sesama. Sebab, seperti
pesan Rasulullah “Sebaik-baik manusia
adalah paling yang bermanfaat bagi sesama”.
Menjadi pribadi yang
bermanfaat bisa diibaratkan seperti menanam kebaikan untuk diri sendiri.
Selayaknya orang yang menanam, suatu saat kita juga akan memanennya. Sebagaimana
firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 7:
“Jika
kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri.”
Seperti yang telah kita
ketahui bersama, tim medis sudah menjadi garda terdepan dalam menangani pasien
covid-19. Pak Syarif dengan tim kerjasamanya sudah menciptakan ventilator karya
anak bangsa. Lalu, bagaimana dengan kita? Siapkah kita menjadi barisan pahlawan
covid-19 selanjutnya? Semoga saja cita-cita luhur itu tidak hanya sebatas
bertengger di angan.
Sidoarjo,
27 April 2020 || Budi Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar